Menjadi Blogger yang Sebaik-baiknya, Sehormat-hormatnya

Menjadi Blogger yang Sebaik-baiknya, Sehormat-hormatnya

 

TULISAN ini sebenarnya lebih cocok kalau di-posting pada tanggal 27 Oktober kemarin, tepat saat Hari Blogger Nasional. Tapi apa daya, saya juga baru ngeh tentang hari besar blogger nasional itu. Haha. Jadi belum bisa menulis bertema itu. Paling di tanggal itu saya posting status dan update story tentang ini.

 

Jadilah Blogger yang Sebaik-baiknya, sehormat-hormatnya ~ Nyai Ontosoroh zaman milenial ~ Selamat Hari Blogger Nasional! 🎉🎉🎉

 

Gimana? Keren, nggak? 😆😆

 

 

Tiba-tiba terinspirasi kata-kata Nyai Ontosoroh kepada Minke dan Annelies di buku Bumi Manusia-nya Pramoedya Ananta Toer.

Kita telah melawan, Nak, Nyo. Sebaik-baiknya, sehormat-sehormatnya.”

 

Buku yang berkesan dan ngangenin setting dan bahasanya buat saya. Maklum, anaknya suka yang jadul-jadul. Hehehe.. Buku Pram yang satu itu saja dapatnya buku bekas kok. Biar bekas, harganya malah kayak buku baru. Seratus ribu. Tergolong barang antik karena dari terbitan pertama kali.

 

Saya adalah pemilik kedua buku itu. Setelah baca bukunya itu, rasa penasaran saya akhirnya terjawab dan berujung pada pertanyaan, “Kenapa buku Pram semacam itu sempat dilarang di era orde baru, ya? Padahal isinya bagus”. Entahlah.. Nggak pengen bahas yang begituan juga, sih.

 

Jadi menurut saya, kalimat Nyai Ontosoroh itu menarik. Itu adalah salah satu kalimat inspiratif dari sekian banyak kata-kata Pram yang menginspirasi di buku itu. Terkesan sederhana namun powerful. Lalu iseng saya mengaitkannya dengan profesi blogger yang mulai lagi saya lakoni sekarang. Profesi yang makin menjamur sejak dikenalnya era internet. Awal saya mengenalnya dari blog Friendster lalu ikut bergabung di Kompasiana pada Desember 2009.

 

Sambil aktif di Kompasiana, pada tahun 2011 lahirlah personal blog saya yang bertajuk “Menulis Mimpi”, dengan niat mulia menjadikannya sarana untuk menampung draft-draft awal buku memoar ayah saya. Isi selanjutnya ternyata tak hanya itu.

 

Blog itu berkembang lumayan bagus (menurut saya) meski jumlah tulisannya -sampai saat terakhir blog itu digantikan dengan yang baru ini- tak sampai seratus 😆 Sungguh masih jauh dari kata produktif. Sempat mandeg pula selama 3 tahun. Haha. Tapi ya sudahlah, ya. Yang penting akhirnya cinta ‘kan membawamu kembali di sini *nyanyik. 😜

 

Jadi dalam menjalani proses pembaruan blog ini, saya cuma ingin mendefinisikan kembali arti blogger buat saya pribadi setelah 3 tahun vakum ngeblog. Wew. Lama juga ternyata, ya. Alasannya tentu karena pada tahun 2015 itu saya sedang hamil lalu melahirkan kemudian menjadi ibu bagi anak pertama saya yang sudah sekian lama ditunggu-tunggu. Jadi ingin fokus saja menjalani profesi ibu rumah tangga, begitu.

 

Pekerjaan sebagai psikolog pun dengan sukarela saya lepas. Selain karena harus ikut suami juga yang bekerja di daerah. Tapi saya masih menyimpan niat agar suatu saat nanti kembali lagi ke dunia itu. Menjadi psikolog yang sesungguhnya adalah utang bagi saya, karena ayah saya rahimahullah yang psikolog itu mewariskan biro psikologinya namun belum bisa saya besarkan, belum bisa saya jayakan. Mungkin suatu saat nanti. Semoga. Aamiin..

 

Sekarang anak saya sudah hampir 3 tahun. Saya mulai merasa butuh sesuatu agar me time saya lebih bermakna selain bermedsos atau diselingi kegiatan baca buku. Memang ya, passion tidak pernah mengkhianati empunya. Dia pasti akan kembali lagi walau seperti apapun situasi tampak menghadangnya.

 

Passion (template by Canva app)

 

Jadi ada satu titik saya begitu kangen menulis lalu mempostingnya di blog. Saya sebenarnya tak terlalu peduli kalau sebutan ikutannya adalah jadi blogger atau apa. Yang jelas saya hanya ingin menulis kembali. Sepenuh hati seperti dulu. Saya ingin mencapai hal-hal yang selama ini masih terpendam.

 

Mungkin saya akan menulis buku lagi, atau mengirim artikel ke media cetak yang masih eksis, atau media daring, atau apa saja yang intinya adalah menulis. Yang kesemuanya itu diniatkan diawali dari ngeblog. Ngeblog sebagai sarana melatih keterampilan menulis saya lagi, yang sempat beku setelah sekian tahun hanya sesekali menulis di draft.

 

Saya lalu berpikir untuk memulai segala sesuatunya dari nol lagi. Meski itu berarti harus rela melepaskan angka jumlah kunjungan dan pengikut di blog yang lama. Saya mulai dari membuat website Top Level Domain (TLD), dengan nama domain yang sudah lama saya impikan dan selalu tertunda. Syukurlah masih available 😄

 

Lalu membuat akun Instagram kedua dengan username yang sama dengan Twitter. Disinkronkan dengan alamat e-mail dan nama Facebook. Berniat untuk membangun personal branding. Niatnya untuk memudahkan orang-orang mengenal saya dan tulisan-tulisan saya nantinya.

 

Sebelum ini saya tak terlalu peduli dengan hal itu. Ngeblog asal mood saja. Entah juga sekarang. Haha.. Harapan saya memang tidak muluk-muluk. Saya tidak terlalu berharap seperti blogger lain yang sering mengikuti kegiatan offline berupa gathering dengan brand tertentu, atau mendapat job review, atau apa saja yang berujung materi. Lagipula, domisili saya jauh dari kota besar yang biasa mengadakan event offline blogger seperti itu.

 

Maka jalan untuk dikenal sebagai blogger hanyalah berusaha untuk menghasilkan tulisan-tulisan yang berkualitas, sebisa mungkin mematuhi kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar (kalau lagi nulis bertema serius, sih 😁), dan tentu saja bermanfaat bagi pembacanya, sekalipun itu tampaknya hanya tulisan tjoerhat. Hehe..

 

Lalu tentang optimalisasi akun media sosial. Blog dan media sosial tentu saja dalam posisi saling berdampingan. Tapi kalau saya pribadi, kontennya disesuaikan dengan keinginan dan kebutuhan sendiri. Saya tak ingin memaksakan image diri agar terlihat lebih “wah” daripada kenyataan yang sebenarnya. Kejujuran adalah yang utama, kalau kata orangtua. Maka jujur dalam menulis konten blog dan media sosial menjadi penting. Reputasi seseorang (blogger) diperhitungkan dari situ.

 

Kalau sedang dalam masa-masa jelang pilpres seperti ini, keberpihakan seorang blogger atau pelaku medsos pada salah satu capres mungkin tampak nyata. Asal tidak mem-posting atau membagi konten yang mengandung hoax dan masih tetap berbahasa yang santun dan tidak mengandung persekusi, masih bisalah diterima. Tapi saya pribadi ujung-ujungnya lebih memilih bersikap netral. Sudah malas dan kenyang ikut-ikutan begituan waktu Pilpres 2014. Hahah..

 

Kepuasan batin buat saya yang paling penting. Itulah, untuk sebuah kepuasan batin yang tersalurkan lewat kegiatan menulis saya rela meng-upgrade blog saya di wordpress menjadi self hosted. Dari awalnya ngekos hingga memutuskan membeli rumah sendiri bagi tulisan-tulisan saya itu.

 

Mungkin yang lain akan menyayangkan bila blog self hosted hanya diisi macam-macam tulisan serupa curhatan. Tak apa. Saya cuma senang saja dengan “dotkom” di belakang nama saya itu. Haha. Sesederhana itu. Entah kalau nanti saya berubah pikiran, ya.

 

Yang pasti saat ini saya ingin melatih diri agar lebih disiplin lagi menulis. Karena menulis buat saya menjadi semacam terapi jiwa. Menulis membuat saya mengingat hal-hal yang selama ini banyak terlupa. Menulis untuk kesejahteraan lahir batin sampai hari tua, kalau Allah memberi umur panjang. Dan seperti kata Pram, “menulis adalah bekerja untuk keabadian”.

 

Saya menulis maka saya ada.

 

***

Share

11 thoughts on “Menjadi Blogger yang Sebaik-baiknya, Sehormat-hormatnya

    1. Woohh..sesama penyuka Pram ya, mbak 😁 Tapi kita perlu drama juga, mbak. Drama yang berfaedah 😂 Salam kenal, mbak Desy. Makasih udah mampir ya.. 😊

  1. saya juga punya ide nulisa pas 27 okt lalu, tapi malah sibuk sampai sekarang hihihi.
    Ternyata makin lama, ada event ini-itu, ikut pelatihan ini-itu, sampai hal-hal remeh pun gak jadi diceritakan, padahal ngangenin ngeblog itu ya disitu.
    Apa pun itu, ya udahlah ini pencapaian.
    Semoga kita bisa terus menulis ya mba

    1. Haha..iyaa, mbak. Gapapalah, ide tulisan ga mesti pas momennya juga, kan. Yang penting kapanpun diposting tetap berfaedah 😄

      Salam kenal, mbak Lida. Makasih udah mampir ya 😊

    1. Hahaha..blogger seharusnya pengeblog ya kaan 😂 Makasih, mbak Ewa. Aku baca tulisan mbak yg terakhir tapi ga komen. Kapan2 pengen dibuatin karakter lucu2 😍

    1. Nah iya, mbak. Bener bgt. Pas ada waktu, ngeblank. Giliran pas jaga anak ada aja idenya ya 😂 yang penting semangatnya masih ada..hehe.. Makasih, mbak Demia 😊

  2. hai mba salam kenal, ceritanya sedikit sama dengan saya, sempat vakum,berpindah ke TLD sempat sedih karena akun saya yang lama gak bisa diakses padahal itu yang saya ramut sejak masih piyik, akibat kecerobohan jd memulai semua dr nol. awal menulis juga menulis aja. sy juga gak terlalu peduli dan berharap dengan titel blogger / bukan, cukup senang kalau sudah berbagi apalagi kalau ternyata bisa bermanfaat 🙂

    1. Wah..mirip kita ya, mbak. Kalo aku tulisan plus komen2 di blog lama diekspor ke TLD ini. Yg hilang cuma PV sama follower aja. Yg ngerjain bukan aku sendiri sih. Kalo aku mgkn bisa kacau jadinya 😅 Gapapa, mbak..mulai dari nol lagi. Yang penting tetep semangat nulis 😊

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: