Coba ya, makanan unyu apa yang lain yang bisa ngalahin unyunya sate yang berbahan daging kelinci? Kelinci. Iya, Kelinciii..yang berbulu lebat, halus, jinak, lucu, imut, suka makan kangkung sama wortel, dan…unyu!
Huwaaa..kelinci kok dimakan sih? Kan kasiaaann…
Itu tanggapan pertama saya waktu pertama kali tau tentang kuliner baru yang terbuat dari daging kelinci. Kuliner ini sebenernya nggak baru-baru amat. Udah mulai tren sejak beberapa tahun yang lalu. Waktu itu saya cuma ngucap dalam hati, “Ah, nggak mau ah makan sate kelinci. Gimana rasanya ya hewan berbulu itu kalo dimakan? Eeuuhh..”.
Sekilas, pikiran saya menyamakan kelinci dengan kucing, yang sama-sama berbulu halus dan lucu. Gimana ceritanya kalo makhluk-makhluk itu dimakan? *Nah kan, sekarang asosiasinya mulai membuat mual*. Tapi ya jelas, kelinci sama kucing bedalah meski sama-sama diawali dengan huruf “K”. Hehehe… Yang satu herbivora, yang satu karnivora. Kriteria hewan yang halal dimakan dalam Islam antara lain adalah bukan hewan buas, tidak hidup di dua alam; air dan darat (amfibi), dan disembelih dengan mengucapkan nama Allah. Atas dasar itu, maka kelinci boleh dimakan sekalipun ia adalah makhluk yang menggemaskan.
Jadilah, sepulangnya dari De Ranch, saya, suami dan sepupu saya Kiki, mencari tempat makan sate kelinci yang enak hasil browsing di internet. Di sepanjang jalan raya Lembang itu, tempat makan yang khusus menyediakan sate kelinci memang banyak. Kami cuma mengandalkan rekomendasi dari hasil pencarian di internet aja. Lalu didapatlah tempat makan bernama Sate Kelinci Pak Sapri. Dari hasil googling, Sate Kelinci Pak Sapri ini memang memenuhi laman pertama. Kalau sudah banyak yang merekomendasikan begitu, biasanya kan kualitas dan rasanya sudah terjamin.
Dari De Ranch, kita akan melewati Lembang Floating Market (yang sayangnya belum sempat dikunjungi. Hiks…) Terus saja jalan melewati deretan sate kelinci yang ada di sepanjang jalan raya Lembang sampai kilometer 12,8 No. 99, tempat Sate Kelinci Pak Sapri berada. Syukurlah, tempat itu nggak sulit ditemukan. Tempat makan dan lahan parkirnya cukup luas. Sebelum kami, sudah ada beberapa mobil yang tampak di sana.
Menunya ternyata nggak cuma sate kelinci loh. Ada gulai kelinci dan goreng kelinci juga. Buat yang “alergi” alias nggak tega makan daging kelinci, tenaaanngg…ada juga sate ayam, sate kambing dan sate daging sapi kok. Saya yang penasaran sama sate kelinci (meski sebenernya nggak tega juga..hahaha..) pesen satu porsi sate kelinci. Suami dan Kiki sama-sama pesen…apa itu ya? Paha kelinci pedas? Ah iya, kurang lebih gitu namanya. Paha kelinci pedas. Pas dicoba, wuiihh…pedesnya maknyuuuussshhh…alias pedes beneran, BroSis! Tapi enaaakk.. Lupaaa kalo lagi makan daging kelinci. Ahahaha…
Dan sate kelincinya? Wooww..enaaakk..! Dagingnya ternyata empuk sekalih. Lebih empuk daripada daging ayam. Enak, tapi saya tetep aja makannya pelan-pelan, menghayati sambil ngebayangin kelinci unyu itu lagi ngeliat saya manja. #halah. 😀
Potongan-potongan daging kelinci itu pun sukses masuk ke perut saya, jadi bagian diri saya. #halah Kalo ditanya, mau nggak saya ditawarin sate kelinci lagi? Hmmmm…hmmmmmmm…sebaiknya saya pikir-pikir dulu, ya. Selagi masih ada ayam, kambing, atau sapi, saya kayaknya lebih milih makan yang ketiga macem daging itu daripada daging si unyu kelinci. Biarpun enak maknyus tiada tara, tapi saya pengennya nggak tergoda makan daging kelinci lagi ah. Kasiaaaann.. Etapi ini berlaku cuma buat saya loh. Buat yang lain ya terserah aja. Toh, daging kelinci halal dimakan. Hehehe…
Buat yang penasaran, yuuuukk…kapan-kapan nyobain makan di Sate Kelinci Pak Sapri atau di mana aja ada sate kelinci. Dan rasakan sensasinya! 🙂
***
Sluuurpptttt……semoga bisa ke bandung.pnasarannnn 😉
Kapan2 ke Bandung ya, mbaakk..biar mampir ke De Ranch dan Sate Kelinci Pak Sapri..aamiin.. 🙂
daging krlinci emang enak, udah manis, rendah lemak pula….
Tapi tetep aja ga tega makannya..hahaha.. 😀
sate kelinci di tempat wisata di lembang must be di coba nih