Jeda

Jeda

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

Rasanya ajaib ketika muncul keinginan untuk menulis di sini layaknya diary. Malam-malam, sendirian, mengingat bahwa sudah lama sekali rasanya tidak berdialog dengan diri sendiri dan menuliskannya. Mengingat sekilas perjalanan hidup yang di usia 37 tahun ini merasa belumlah apa-apa. Belum banyak amalan baik, belum banyak melakukan sesuatu, belum memanfaatkan waktu yang diberikanNya sebaik mungkin.

Tapi meresapi kembali dialog-dialog “belum” seperti itu, kok rasanya malah jadi kurang bersyukur dan terasa seperti dikejar-kejar waktu. Padahal tentu saja manusia tak ada yang tuntas menjalankan semua misi (baik) dalam hidupnya dengan sempurna. Kecuali para nabi. Kecuali orang-orang yang diridhoi dan dirahmatiNya.

Setiap manusia hanya bisa berusaha berbuat yang terbaik. Hasil akhirnya ya kembali ke Allah juga. Ujung-ujungnya kita hanya bisa mengharap ridho dan rahmatNya. Semegah apapun perbuatan baik kalau tak didasari niat yang lurus untuk meraih ridhoNya dan tak beroleh rahmatNya, ya khawatirnya akan jadi amalan yang sia-sia saja di akhirat nanti. Bangkrut. Na’udzubillah..

Tapi perbuatan baik sekecil apapun kalau diniatkan untuk mencari ridhoNya, ya besar kemungkinan akan mendapat ridho yang diharapkan itu. Tak peduli dengan bagaimana respon orang lain, kalau perbuatan baik yang menurut kita kecil itu dilakukan dengan ikhlas (menurutNya), ya kebaikannya akan kembali ke kita juga. Bukankah cukup itu saja tujuan kita?

Kalau dipikir-pikir, sungguh luar biasa tipu daya dunia ini. Kalau tanpa penjagaanNya, maka habislah kita menjadi budak dunia. Yang dipikirkan hanya soal materi, rencana-rencana kesuksesan di masa depan, keinginan-keinginan yang belum terwujud, mengejar impian sampai ke ujung dunia.

Tentu bukan berarti kita tidak boleh memiliki impian, keinginan, dan semacamnya itu. Tapi kalau tak didasari niat mendapatkan atau mewujudkan itu semua sebagai jalan untuk meraih kebahagiaan di akhirat, rasanya akan melelahkan. Gagal sedikit, maka akan langsung frustrasi. Langsung merasa dunia akan runtuh. Padahal hidup kalau diberi sedikit jeda, sedikit ruang untuk direnungkan, maka hikmah dan pelajarannya itu akan terasa lebih mudah kita pahami. Dengan begitu, hidup pun akan terasa lebih ringan untuk dijalani. Susah maupun senang, akan sama nikmatnya.

Maka perlu sejenak berhenti sebelum mulai melangkah lagi. Perbaiki niat, perbaiki ibadah, perbaiki hal-hal yang selama ini dirasa sebagai pengganjal diri untuk melakukan yang terbaik demi meraih ridhoNya. Terlihat sederhana, tapi memang seringkali berat untuk dijalankan. Kesannya hanya kalimat-kalimat teoretis yang sulit dipraktikkan.

Tak apa. Melangkah saja pelan-pelan. Bahkan meski harus bergerak selambat slow motion mode di gawai. Yang penting terus bergerak. Terus berjalan. Perlahan. Rasakan. Nikmati. Syukuri. Hiduplah untuk saat ini.   

***

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: