Eropa, Jauh di Mata Dekat di Mimpi

Eropa, Jauh di Mata Dekat di Mimpi

 

Bicara tentang destinasi wisata impian, pikiran saya tak pernah lepas dari benua Eropa. Menapak jejak di sana adalah sebuah mimpi besar yang sudah saya sematkan sejak remaja. Sebelumnya saya juga pernah bercerita tentang impian satu ini di sini.

 

Ah, siapa yang tak ingin ke sana? Saya sampai pernah menuliskan puisi tentang Venezia dengan kanal-kanal dan gondolanya. Waktu itu di perpustakaan sekolah waktu saya masih SMU. Saat kuliah, saya mengenal Jerman dengan kampus Universität Leipzig-nya, kampus tempat laboratorium psikologi pertama didirikan. Waktu membaca The Da Vinci Code, saya mengenal Paris tak hanya dari menara Eiffel-nya, tapi juga Musée du Louvre-nya.

 

Minta keponakan yang lagi di Amsterdam untuk menulis ini 😄 (dok. M. Iqbal Rangkuti)

 

Lalu mengenali Swiss dengan Mount Titlis-nya dari foto-foto liburan kawan di Instagram, berfoto di hamparan tulip di festival Keukenhof atau yang sedang ngehits akhir-akhir ini, menikmati keindahan Giethoorn, desa bak negeri dongeng yang ada di Belanda. Dan akhirnya tahu bahwa Manneken Piss yang menjadi ikon kota Brussels ternyata berukuran kecil saja.

 

Jangan lupakan juga eksostisme alam di Inggris Raya, negara-negara Skandinavia, sampai Yunani di Eropa Selatan, peninggalan kejayaan Islam di Spanyol, atau bangunan tua bersejarah di kota lain di Italia selain Venezia. Semuanya serempak memanggil-manggil siapa saja yang ingin membaui aroma di negara 4 musim.

 

Benua biru itu selalu memiliki daya tarik yang sulit disanggah. Kecanggihan teknologi, keindahan alam dan attitude masyarakatnya berpadu menjadi magnet wisata yang luar biasa. Apalagi buat kita yang merindukan negara yang tatanan negara dan hukumnya jelas, sehingga menghasilkan masyarakat madani yang disiplin, aman, adil dan makmur, seperti isi UUD 1945. Tapi ya begitulah, beda negara, beda kondisi. Masing-masing negara tetap ada plus minusnya.

 

Adik angkatan yang sedang berkuliah di Prancis 😍 Thanks, Mi! (dok. Rahmi Putri Rangkuti)

 

Saya yakin saja, suatu saat nanti saya akan menginjakkan kaki juga ke sana. Dimulai dari meminta teman atau saudara yang sedang meneruskan pendidikan ataupun sekadar liburan berfoto di sana bersama kertas bertuliskan nama saya. Hahaha. Alay memang, tapi biarlah 😆 Foto-foto semacam itu bisa jadi afirmasi positif dalam menggerakkan bawah sadar saya untuk melakukan langkah nyata mewujudkan impian.

 

Untuk menabung seorang diri, saya tak tahu kapan bakal terkumpulnya biaya untuk melakukan perjalanan ke sana. Jadi saya banyak-banyak berdoa saja supaya rizki suami dimurahkan dan diberkahiNya. Siapa tahu, suatu hari nanti kami berkesempatan untuk berkunjung ke sana sekeluarga. Aamiin Ya Allah..

 

Cukup yakin saja pada impian, dan Tuhan akan menggerakkan semesta untuk bantu mewujudkan. Semoga…

 

***

 

Ditulis untuk tema ke-13 Blogger Perempuan Network 30 Days Challenge 2018.

Share

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

%d bloggers like this: