TAK TERASA, 18 November 2014 lalu menjadi penanda 15 tahun sudah saya berhijab, belajar menutup aurat. Saya sebut belajar, karena memang saya masih terus belajar. Belajar meluruskan niat untuk berhijab, semata-mata demi mematuhi perintah Allah. Bukan sekadar ikut-ikutan teman, tren atau suruhan orang lain. Belajar menutup rapat keindahan diri dan hanya memperuntukkannya bagi suami. Belajar untuk memperindah akhlak agar sejalan dengan tampilan yang syar’i. Sebagai perempuan, pastilah ada keinginan untuk dilihat dan dipuji kecantikannya oleh orang banyak. Karenanya banyak perempuan yang lebih suka mempertontonkan auratnya yang indah, memesona dan merangsang birahi kaum adam demi pujian dan bahkan…materi.
Tapi perempuan berhijab memilih untuk membatasi dirinya. Tak sembarang orang yang boleh melihat atau menyentuhnya. Tak sembarang pandangan mata yang boleh menikmati keindahannya. Mereka sadar, harga diri mereka tak ternilai bila dibandingkan kepuasan duniawi sesaat. Apalah artinya bila kecantikan lahiriah dipuji tapi kerap dilecehkan karena suka memakai kaus ketat dan rok mini. Apalah artinya bila keindahan diri tak diiringi keindahan akhlak dan ketaatan pada Ilahi. Begitulah…
***
Saya masih kelas 1 SMU waktu itu. Ketika pada suatu siang, saya menangis tersedu dalam sesi muhasabah pada kegiatan pengajian rutin di sekolah. Entah kenapa, siang itu terasa berbeda. Saya begitu tergugunya, sampai-sampai harus ditenangkan oleh teman-teman dan kakak-kakak kelas saya yang menjadi mentornya. Kalau saya pikir-pikir sekarang, pastilah hati saya saat itu masih bersih, polos, jujur, sehingga apa yang kemudian dinamakan hidayah itu begitu mudahnya masuk ke dalam hati. Sambil menangis terisak, saya bertekad untuk berhijrah, berhijab dalam waktu dekat.
Sebenarnya saya sudah sering dinasihati, dipengaruhi atau bahkan disuruh oleh kakak-kakak saya yang lebih dulu berhijab agar saya ikut mengenakan hijab. Mereka menyertakannya dengan dalil-dalil Al Quran tentang kewajiban berhijab bagi perempuan muslimah, suka mengajak saya ikut pengajian, sampai terkadang suka mengkritik pakaian saya yang katanya terlalu pendek dan kurang sopan. Maklumlah, saat itu saya masih suka mengenakan celana bermuda yang kadang di atas lutut atau rok pendek. Dalam pandangan saya saat itu, kakak-kakak saya itu sungguh cerewet, suka mengatur dan menyebalkan. Haha…
Padahal Umak saya saja tak sebegitunya. Beliau santai saja melihat gaya berpakaian saya. Paling ditegur kalau terlihat pendek dan kurang sopan. Karena beliau yakin, pasti ada masanya kelak saya akan mengikuti pilihan kakak-kakak saya untuk berhijab. Kalau sekarang, mumpung masih remaja begini, puas-puaskan sajalah dulu. Karena menurut beliau, sekali memutuskan berhijab adalah untuk selamanya, karena hijab bukan untuk main-main, yang kadang bisa dilepas sesuka hati. Lebih baik hatinya dimantapkan lebih dulu untuk menopang keputusan besar itu. Atau kalaupun ada perempuan berhijab yang awalnya merasa terpaksa karena disuruh, mudah-mudahan seiring berjalannya waktu bisa mengikhlaskan hatinya untuk menutup aurat. Karena yakinlah, segala apa yang diperintahkan Allah pasti ada hikmah dan maksud baiknya.
Belasan tahun berhijab, tak lantas membuat saya mengenakan gaun gamis panjang dan hijab lebar tertutup rapat. Awalnya tentu masih dengan gaya anak muda, meski bagian depannya saya usahakan tetap menutup dada. Saya lebih suka memakai celana panjang kain atau jeans, dengan kemeja atau kaus dan hijab sederhana. Itu gaya saya saat kuliah. Saya jarang memakai rok, bahkan bisa dikatakan tak suka, karena merasa gerak saya jadi terbatas. Apalagi saat itu saya sering naik turun angkot. Hehe… Kala teman-teman hijaber lain menutup kakinya dengan kaus kaki, saya nyaris alergi. Saya lebih suka kaki saya tak berkaus. Alasannya karena panas dan…kurang modis. Yaiyalah…gimana ceritanya mau pakai high heels tapi dibungkus kaus kaki? 😀
Saya masih bersyukur, saya tetap istiqomah berhijab meski dengan gaya masih seadanya. Belum syar’i, kalau kata Pak Ustaz dan Bu Ustazah. Saya tetap berhijab bila ada tamu laki-laki bukan mahram datang ke rumah. Saya tetap berhijab ke manapun saya pergi. Saya tetap berhijab saat cebar-cebur di sungai atau kolam renang. Saya tetap berhijab, di saat beberapa teman membuka-tutup hijabnya. Saya tetap berhijab, kala banyak teman melepas hijabnya saat memasuki dunia kerja. Saya tetap berhijab, meski godaan fashion dan hair style terkini kadang membuat diri ingin bergaya dan berdandan layaknya perempuan-perempuan modis masa kini.
Alhamdulillah, sampai hari ini saya masih berhijab. Bahkan lama kelamaan, mulai muncul rasa risih ketika bergaya kasual dengan celana jeans. Seiring berjalannya waktu, mulai muncul keinginan untuk memperbanyak koleksi rok dan gamis dengan hijab lebarnya. Mulai timbul kekaguman melihat para muslimah yang tetap santai travelling, hiking, atau melakukan apapun tetap dengan memakai rok atau gamisnya. Padahal dulunya, hati ini sempat sinis. “Pakai hijab kok repot amat?” atau “ Gimana bergaulnya itu kalau terlalu menutup diri seperti itu? Sok eksklusif!” atau “Ntar orang-orang malah takut ngedeketin untuk belajar tentang Islam” dan ungkapan sinis semacamnya, yang tentu hanya saya batinkan atau rumpikan dengan teman-teman “sealiran”. Astaghfirullah…
Tanpa terasa, saya sudah berproses sekian lama untuk mencapai titik itu. Sebuah perjalanan yang tak bisa dikatakan mudah ataupun sulit. Suatu proses yang sangat personal sekali. Yang saya percaya, hanya butuh niat baik untuk istiqomah menjalani perintahNya saja agar bisa dituntun ke sana, ke titik di mana saya mulai merasa nyaman mengenakan gamis dan hijab lebar ketika berjalan di keramaian. Meski belum setiap hari, tapi setidaknya saya sudah memulainya pelan-pelan. Berhijab dengan lebih baik.
Saya hanya berharap, semoga keinginan untuk berpenampilan lebih syar’i itu semata-mata karena meningkatnya iman atas kehendakNya, bukan hanya karena tren fashion ala hijaber yang mulai banyak bermunculan menggugah selera.
***
Bismillah..semoga qt selalu istiqoman untuk berhijab dengan syar’i.saya juga sedang bljr kak…semoga hari2 kita semakin berkah aaminn
Aamiin Yaa Robbal ‘alamiin..semoga ya, mbak Hanna.. 🙂
Subhanallah.. menyentuh banget kak :’) sansan juga masih belajar.. kita belajar sama2 yaah kak
Iyaa, dek Sansaan..kita sama2 belajar yaa..semoga selalu istiqomah..aamiin.. 🙂
Nisaaaa..miss u so much….
Rizki Adelia niihh? Waaa..Adeeell..miss u tooo.. 😘 pa kabar nih? 😊
menginspirasi sekali…
saya berhijab br 3 thn mak, msh belajar… kadang syar’i tp kadang masih pakai jeans jg (dgn atasan panjang tentunya)…
Iya, Mak Nathalia..kadang saya masih suka pake jeans atau celana bahan juga..tp makin hari makin suka pake long dress atau gamis..rasanya lebih nyaman..
Kita sama2 belajar kok, Mak..yang perlu disyukuri adalah kita sudah berhijab..selanjutnya adalah proses menuju hijab yang syar’i..semoga kita tetap istiqomah ya, Mak.. 🙂
Subhanallah keren mak…aku nih udah belasan tahun tp masih blm juga pake hijab syar’i padahal kl liat tmn2 yg udah pake hijab syar’i tu adem n ayem gitu… doain aku bisa menyusulmu mak 😉
Kita sama2 belajar kok, Mak Muna..semoga kita tetap istiqomah yaa.. 😊
Semoga ttp istiqomah Nissa. Diriku Sudah 6 bulan meninggalkan celana panjang Kain or jeans. Celana Kain yg Ada hanya dalaman rok. Dan insyaallah skrg rutin memakai rok dan gamis ternyata nyaman sekali 🙂
Iyaa..bener tuh, Delvi..ternyata nyaman sekali make hijab syar’i itu ya..aku baru make beberapa hari ini aja..hehe..tp jadi pengen make terus..semoga kita istiqomah yaa..aamiin 🙂
Mak saya masih belum syar’i mak, kelakuan aja maskulin begini, tapi memang harus diniatkan ya berhijab ituh
Gapapa, maakk..saya juga baru belajar..belum sepenuhnya syar’i..huehehe..semuanya butuh proses, mak..yuk, kita sama2 berproses.. 🙂
Saya juga mulai memperbanyak koleksi gamis mbak. Kalau rok, belum. masih nggak sreg pakai rok, lebih nyaman pakai gamis. Tapi ke kantor masih tetap ber-celana panjang 🙂
Semuanya berproses kok, mbak Nara. Kadang2 aku juga masih pake celana, tp yg longgar. Kebanyakan skrg pakai gamis dgn hijab yg belum semuanya lebar..hehe..yg penting ada usaha utk menutup aurat lebih rapi.. 🙂
insya Allah akan memperbaiki hijab ku, dan ini cerita untuk menuju keistimewaan di hadapan ilahi
Alhamdulillah..kita sama2 berproses yaa, mbak Alfiah.. Yang penting ada usaha kita untuk menyempurnakan hijab dan semoga semakin hari semakin baik..aamiin.. 🙂
izin copas ukhti….
utk foto profil fb….